• Beranda
  • Berita
  • Artikel
  • Profil
  • Dokumen
  1. Home
  2. Berita
  3. Di balik tembok RS Elim Rantepao, Pelayanan Lebih dari Sekadar Pengobatan

Di balik tembok RS Elim Rantepao, Pelayanan Lebih dari Sekadar Pengobatan

Share:
160 views
13 January 2025

“Selamat pagi, malapu’-lapu’ sia komi le’ Ambe’?” Pagi itu terdengar suara seorang pegawai menyapa pasien yang terbaring sakit di tempat tidur sedang ditemani keluarga yang menjaga. 

“Ada yang beda beberapa hari ini. Setiap pagi kita disapa oleh pegawai dan didoakan, ini pengalaman yang baru yang kami alami selama dirawat di tempat ini,” ucap salah seorang pasien.

Tahun 2025, Rumah Sakit Elim (RSE) Rantepao memiliki resolusi untuk terus berbenah menjadi lebih baik dalam melayani masyarakat. Memasuki minggu pertama 2025 ada yang baru yang terlihat dari aktivitas pegawai,  setiap pagi Pegawai RS Elim berkeliling masuk ke kamar-kamar pasien untuk berkunjung dan mendoakan mereka. Kegiatan ini dilakukan setiap hari setelah ibadah pagi pegawai. Layanan ini dikoordinir oleh Unit Kerohanian dan Pastoral. Layanan ini diberikan kepada semua pasien, baik pasien yang sedang dirawat inap maupun pasien yang dirawat di UGD, pasien yang rawat jalan di Poliklinik dan pasien yang sedang menunggu obat di Apotek. 

Suasana Doa Bersama di UGD Rumah Sakit Elim Rantepao (sumber : Aldriyanto Hendra)

RS Elim Rantepao adalah rumah sakit yang dianugerahkan Tuhan kepada Gereja Toraja secara khusus dan Masyarakat Toraja secara umum. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit tertua di Toraja, tercatat berdiri sejak tahun 1929. Kini pengelolaannya berada di bawah Yayasan Kesehatan Gereja Toraja (YKGT). 

“Kami terus berupaya berbenah, memberi layanan terbaik bagi seluruh masyarakat. Salah satu upaya yang kami lakukan tahun ini melalui unit Kerohanian dan Pastoral yakni mengoptimalkan layanan kunjungan doa yang dilakukan setiap hari dan pembacaan renungan yang dapat didengarkan di kamar pasien setiap malam hari. Layanan ini sebenarnya bukan baru pertama kali, tetapi upaya ini merupakan peningkatan dari layanan sebelumnya yang hanya menyentuh pasien yang baru rawat inap di RS Elim Rantepao,” ungkap dr. Adrian Benedict Wijaya selaku Direktur RS Elim Rantepao.

“Semoga tetap kuat, Bapak/Ibu. Tetap sabar dan lekas sehat, Tuhan pasti menolong kita, Salama’!” Seorang pegawai mengakhiri kunjungan doa di kamar pasien.

 

Pewarta : Aldriyanto Hendra

Redaksi 2
Editor : Redaksi 2

Berita Terpopuler

Redaksi 2

70 Peserta Dinyatakan Lulus Tes Calon Proponen Gereja T...

Eltuin

Adakan Pembinaan Pegawai se-Klasis Makassar Tengah, BPK...

Eltuin

MEWUJUDKAN ECCLESIA DOMESTICA (Laporan dari Sidang MPL...


Berita Lainnya

Kamis, 06 Maret 2025

LOWONGAN UNTUK MENJADI CAMPAIGN AND ADVOCACY STAFF

Kepada seluruh warga Gereja Toraja,

Yayasan Motivator Pembangunan Masyarakat (YMPM) Kondoran membutuhkan tenaga staf untuk dikontrak pada program Rural Youth Climate Action Movement For Cool Farming in Indonesia (RYCAM) dengan Posisi Campaign and advocacy Staff. BPS Gereja Toraja selaku Pembina YMPM mengundang warga Gereja Toraja yang memenuhi syarat untuk mendaftar. Formasi, kualifikasi yang dibutuhkan, serta syarat dan ketentuan dapat dibaca dalam lampiran lowongan  

Batas akhir pengiriman berkas selambat-lambatnya 15 Maret 2025. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Manajer Program Motivator, Sdr. Tandu Ramba pada nomor 081343604500.

Rabu, 26 Maret 2025

Gereja Toraja Rayakan HUT ke-78 di Hutan, Bupati Tana Toraja: Keren

Merawat Bumi, Rumah Bersama yang didasarkan pada Mazmur 104:30 dipilih menjadi tema perayaan Ulang Tahun ke-78 Gereja Toraja tahun 2025. Mengambil tempat di Hutan Buntu Talling, Mengkendek, Tana Toraja, perayaan HUT (25/3) berjalan dengan lancar. Perayaan ini sebagai Ibadah Raya I (Pembukaan) rangkaian acara hari ulang tahun.  

Hadir dr. Zadrak Tombeg, Sp.A, selaku Bupati Kabupaten Tana Toraja. Dalam sambutannya, Zadrak menyampaikan apresiasi kepada Sinode Gereja Toraja yang mengadakan kegiatan ibadah raya ini di salah satu hutan di wilayah Tana Toraja. Bahkan, Zadrak mengatakan, hanya satu kata untuk kegiatan ini “keren”. Baginya kegiatan ini unik karena ibadah dilaksanakan di tengah hutan. 

“Toraja sedang mengkampanyekan perang terhadap sampah. Dalam waktu dekat Tana Toraja akan punya mesin pemilah sampah. Selain pendidikan dan kesehatan, masalah sampah harus menjadi salah satu isu yang perlu mendapat perhatian serius,” ungkapnya di tengah-tengah ratusan peserta ibadah.  

Zadrak yang hadir bersama wakilnya, Erianto Laso’ Paundanan, M.H., juga mensosialisasikan sebuah tagline yang diusung Pemerintah Kabupaten Tana Toraja, “Tana Toraja Masero (bersih)”. Hal ini dimaksudkan agar kebersihan baik kebersihan lingkungan, akhlak spirtual maupun sistem pemerintahan dapat menjadi gerakan bersama. Termasuk rencana penyusunan Perda area bebas asap rokok.

Sementara itu, Ketua umum panitia, William P. Sabandar, M.Eng.Sc., Ph.D. dalam sambutannya mengajak para diaspora Toraja di berbagai tempat, untuk sama-sama berkolaborasi mengembangkan konsep wisata berbasis hutan dan sungai. Menurut William hal ini bisa diwujudkan dalam rangkaian kegiatan HUT Gereja Toraja. Supaya selepas Ibadah Raya II yang direncanakan akan dilaksanakan pada Juni 2025 di Hutan Tandung Nanggala, upaya pelestarian hutan dan sungai terus berjalan beriringan dengan dunia pariwisata. 

“Perlu melibatkan komunitas internasional, karena isu hutan merupakan isu internasional,” kata William. Ia juga mengajak seluruh dunia untuk melihat Toraja sebagai salah satu wilayah yang hutannya perlu mendapat perhatian yang serius. 

HUT Gereja Toraja yang mengambil tema lingkungan bukan baru kali ini saja. Tahun 2024 yang lalu, pada perayaan hari ulang tahun ke-77, Gereja Toraja mengadakan Festival Sungai Sa’dan dengan mengusung tema “Mengalir Sungai Kehidupan”. Kegiatan Ibadah Raya I saat itu berlangsung di To’Barana’ dan Karonanga Sa’dan Ulu Salu, serta pelaksanaan penanaman ribuan pohon dari hulu hingga hilir bantaran Sungai Sa’dan. 

Sabtu, 25 Januari 2025

Kisah Inspiratif Disabilitas dari Rembon, Yulianti Menembus Keterbatasan untuk M...

Dia Yulianti, seorang disabilitas dengan keterbatasan fisik, tangan dan kaki. Dia tinggal bersama neneknya yang sakit lumpuh di Lembang Limbong kecamatan Rembon. Anak ke 4 dari 5 bersaudara, ia lahir 15 Juli 2000  silam, ayahnya sudah lama meninggal. Hebatnya ia bisa membaca sekalipun ia tak pernah sekolah. Dia hanya diajar dulu oleh guru khusus disabilitas untuk bisa baca, tulis dan berhitung.

Kepada tutunganbia.com, Yulianti menuturkan kisahnya. Menjalani hidup dengan keterbatasan tak jadi penghalang untuk meraih asa masa depannya. Dia ternyata tak hanya merawat neneknya yang sakit, ia bisa masak bahkan memelihara ternak babi  serta berbagai aktifitas lain, layaknya tak punya keterbatasan. "Saya punya keinginanan untuk membahagiakan nenek, saya merasa  punya hutang budi, karena nenek telah membesarkan saya," katanya. 

Pengabdiannya tak ada ubahnya dengan sesamanya yang normal, keterbatasannya tak menyurutkan langkah hidupnya untuk meraih masa depannya. Yulianti pun tak mau kalah, dia mau dan ingin mandiri. Dia punya usaha, bisnis online jualan alat kecantikan. Meski ia menjalani dengan berbagai tantangan, termasuk keraguan bahkan tak jarang dia mendapatkan bullyan dan perlakuan tak pantas, tetapi semangatnya tak surut. Ia justru semakin tegar untuk meraih harapan di masa depan.

Yuliati dalam aktivitas keseharian (sumber : Fred)

Yuliati adalah salah seorang disabilitas yang cukup aktif dalam berbagai kegiatan. Ia tergabung pada DPC Tana Toraja Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia. 

 

Pewarta : Fred

Sabtu, 25 Januari 2025

HASILKAN RIBUAN ALUMNI, BINTRANITA SUKSES LAHIRKAN 72 ANGKATAN TERAMPIL

Suara mesin jahit menggema di ruang jahit BINTRANITA. Baju dan seragam hasil jahitan juga banyak tergantung di dinding dan manekin. Beberapa percak kain sisa jahitan masih bertebaran di bawah mesin jahit. Samping itu, di ruang salon beberapa orang tengah mengikuti kursus potong rambut dan creambath dengan antusias. Selain tempat cuci rambut, di sudut ruangan salon juga  terdapat meja dan lemari yang penuh dengan aksesoris pengantin dan peralatan nail Art. 

BINTRANITA, rumah bimbingan keterampilan bagi wanita dan remaja yang ingin mengembangkan bakat di bidang menjahit dan tata rias ini berlokasi di Rantepao Toraja Utara. BINTRANITA yang merupakan salah satu unit pembinaan Pengurus Pusat Persekutuan Wanita Gereja Toraja (PWGT) dari Yayasan Gereja Toraja sudah melahirkan 72 angkatan dari tahun 1975 hingga tahun 2024  dengan ribuan alumni yang sudah tersebar di seluruh Indonesia. Beberapa alumni BINTRANITA yang tersebar juga sudah sukses memiliki salon dan boutique sendiri. 

“Kami melayani ibu-ibu dan anak remaja dari berbagai kalangan tanpa membedakan sosial dan agama,” ujar Lily Bua Palinggi selaku Manager BINTRANITA Rantepao. Selain keterampilan, kehadiran BINTRANITA juga bertujuan agar peserta mampu mengelolah dirinya, keluarga, lingkungan dan membuat para peserta bisa mandiri dalam meningkatkan ekonomi keluarga. BINTRANITA juga menyediakan subsidi kursus salon dan mejahit baik reguler dan private dengan harga yang lebih terjangkau. Selain itu ada jasa laundry dan jasa salon yang bisa dipanggil atau dipesan sebelumnya. Di pertengahan tahun 2024 BINTRANITA juga menambahkan Nail Art sebagai salah satu jasa yang tersedia bagi masyarakat Toraja Utara. 

Damaris Rumambo sebagai instruktur tata rias/salon mengatakan dirinya mengajar dan membimbing peserta dari dasar hingga terampil dan bisa mandiri di masa yang akan datang. “Di BINTRANITA khususnya kelas salon, kami mengajar mereka dari dasar, mulai dari pengenalan alat dan produk makeup, cara bermakeup hingga bisa merias pengantin,” ungkapnya.

Lin Siama yang juga menjadi instruktur menjahit mengatakan hal yang sama, BINTRANITA menerima 25 hingga 30 peserta kelas menjahit dalam 1 angkatan. “Proses belajar mengajar kami mulai dari nol, walaupun dalam proses belajar ada peserta yang sudah mahir dan ada peserta yang belum pernah menyentuh mesin tetap sama kami ajarkan dari dasar.” Untuk tiap peserta menjahit disediakan 1 mesin jahit beserta alat-alatnya. 

Dalam penamatan BINTRANITA Angkatan 72 tanggal 18 Desember 2024 yang lalu, Lily selaku manager dalam sambutannya mengungkapkan bahwa dengan keterampilan yang dimiliki para lulusan, peluang untuk kerja dan berusaha ke depan sangat luas terbuka. Dirinya juga berharap setiap peserta yang telah selesai pelatihan boleh mengembangkan diri lebih jauh lagi. 

“Kami dari BINTRANITA berharap setiap peserta tetap berkomunikasi, kita juga tetap bisa saling support, saling mengingatkan, saling memberi masukan, dan saling menopang. Alumni BINTRANITA PWGT siap mensupport pekerjaan, pelayanan bersama-sama di Gereja Toraja," tutupnya. 

 

Pewarta :  Imel

Lahir di awal tahun 1968 dengan nama Bulletin Gereja Toraja.

Pengunjung :

  • Hari Ini: 7

  • Minggu Ini: 27

  • Bulan Ini: 425

  • Tahun Ini: 9.7rb

  • Total Kunjungan: 9.7rb

Social Media

Copyright Tutungan Bia' © All rights reserved | This is made by Denson Patibang

  • Terms of use
  • Privacy Policy
  • Contact